Tuesday, January 31, 2017

Tinggal Di Cisauk? Kenapa Tidak !!!

Perumahan Di Cisauk

Mungkin anda pernah denganr atau bahkan belum sama sekali dengar tentang Tinggal Di Cisauk, Cisauk mungkin terdengar asing ditelinga anda tapi jangan berpaling begitu saja tentang Cisauk, Cisauk yang berlokasi di ujung Kab. Tangerang yang bersebelahan langsung dengan Kota Tangsel (Tangerang Selatan) dan Kab. Bogor. Cisauk yang dulunya adalah hutan karet kini telah menjadi daerah yang semakin berkembang karena berada tepat disebelah BSD City dimana terdapat mall-mall megah seperti AEON Mall, Teras Kota, ITC BSD, BSD Plaza dan WTC Matahari. 

Semakin banyak perkembangan pesat di daerah BSD City maka semakin maju juga daerah-daerah sekitarnya tak ketinggalan daerah Cisauk yang semakin banyak berkembangnya perumahan-perumahan mulai dari kalangan menengah kebawah sampai menengah keatas yang dibangun ditanah Cisauk. Tidak dipungkiri lagi bila semakin maju suatu daerah maka akan semakin maju juga perekonomiannya, mulai dari banyaknya ruko (runah toko) yang berdiri sampai Pasar Modern yang hingga kini terus dikebut pengerjaannya. Dari sektor pendidikan pun juga menunjang mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi (sedang proses pembangunan). Jadi jangan berpikir panjang lagi untuk Tinggal Di Cisauk dengan akomodasi lengkap mulai dari angkutan umum, kereta api sampai terminal yang akan segera dibangun berdekatan dengan pasar modern yang nantinya akan menuju akses jalan tol Serpong - Balaraja (Sudah mulai pembangunan). 

Berikut ini perumahan yang ada di Cisauk :
  • Bermis Serpong Asri
  • Perum Griya Suradita Indah
  • Perum Korpri
  • Serpong Garden 1
  • Serpong Garden 2
  • Serpong Garden Apartemen
  • Golden Park 2
  • Grand Cibogo Permai
  • Metro Serpong 1
  • Graha Pura Serpong 
  • Kaisar Cibogo
  • The Avani
Dengan banyaknya perumahan yang berada di Cisauk serta fasilitas dan akomodasi yang mendukung jangan berfikir panjang untuk sekedar mampir melihat masa depan atau investasi anda di Cisauk.

Monday, January 30, 2017

STASIUN CISAUK

Stasiun Kereta Api Cisauk

Stasiun Kereta Api Cisauk (CSK) atau yang selanjutnya disebut dengan Stasiun Cisauk, merupakan salah satu stasiun kereta api yang berada di bawah manajemen  PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta yang berada pada ketinggian + 33 m di atas permukaan lain, dan merupakan stasiun paling tenggara di Kabupaten Tangerang. Stasiun Cisauk terletak di Jalan Cisauk Raya, Desa Sampora, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Lokasi stasiun ini berada di antara Stasiun Cicayur dan Stasiun Serpong.
Bangunan Stasiun Cisauk yang lama merupakan bangunan peninggalan masa Hindia Belanda, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api Duri-Rangkasbitung sepanjang 76 kilometer. Pengerjaan jalur kereta api ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1899 berbarengan dengan pengerjaan jalur kereta api Duri-Tangerang.

Stasiun Kereta Api Cisauk (Dahulu)

Proyek jalur kereta api Duri-Rangkasbitung ini merupakan bagian dari proyek besar jalur kereta api jalur Barat jilid 2 (Westerlijnen-2) hingga Merak. Pengerjaan proyek jalur kereta api ini dilaksanakan searah. Setelah jalur rel Duri-Rangkasbitung selesai, maka dilanjutkan jalur rel Rangkasbitung-Serang-Cilegon (1900), dan Cilegon-Merak (1914).
Awalnya, stasiun ini merupakan stasiun lintasan kereta api (Stopplaats). Namun seiring kehadiran perumahan kelas menengah ke atas Bumi Serpong Damai (BSD), dan terus diikuti pengembang perumahan lainnya di kawasan sekitar Cisauk, menjadikan keberadaan stasiun ini menjadi strategis untuk aktivitas menaikkan maupun menurunkan penumpang dari daerah Cisauk dan BSD yang akan bepergian ke Jakarta atau sebaliknya. Akhirnya, stasiun ini dikembangkan menjadi stasiun penumpang.
Perlu diketahui, bahwa stasiun yang berada pada jalur rel Duri-Rangkasbitung pada awalnya merupakan stasiun lintasan. Hal ini karena lokasinya ketika itu masih berupa hutan maupun persawahan, jadi belum ada pemukiman seperti sekarang ini. Sehingga, bangunan awal stasiun-stasiun tersebut pada umumnya tidaklah begitu besar.

Stasiun Kereta Api Cisauk (Sekarang)

Kini, stasiun ini berkembang menjadi modern seiring tuntutan akan adanya moda transportasi massal di kawasan tersebut. Pintu utama masuk stasiun dipindahkan di sebelah selatan rel kereta api dengan tampilan yang lebih modern dengan e-ticketing. Sedangkan, bangunan utama stasiun yang lama masih tetap berdiri dan berada di sebelah utara rel kereta api. Kedua bangunan tersebut masing-masing memiliki area parkir yang luas, namun parkir yang di sebelah utara rel masih cenderung terbuka hingga Jalan Cisauk Raya. Area parkir di bagian selatan cenderung sudah tertata, dan e-ticketing juga. Jadwal kereta api Commuter Green Line pun setiap saat ada, sehingga memudahkan para penumpang yang akan bepergian ke Jakarta. Selain itu, setiap harinya stasiun ini juga dilalui kereta api ekonomi yang akan menuju Rangkasbitung hingga Merak maupun sebaliknya menuju ke Tanah Abang. Stasiun ini memiliki 2 jalur. Jalur 1 digunakan untuk jalur yang menuju ke arah barat, yaitu Stasiun Cicayur hingga Merak. Jalur 2 digunakan untuk jalur yang menuju ke arah timur, yaitu Stasiun Serpong hingga Tanah Abang.
Stasiun Cisauk yang lama ini memiliki luas bangunan utama stasiun (lama) sekitar 195 m², dan tercatat sebagai aset PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan nomor register 256/C6.15341/CSK/BD. Stasiun lama ini masih digunakan sebagai kantor dalam mengelola stasiun ini.  Sedangkan, jalur yang melintasi stasiun ini sudah dielektrifikasi yang terhubung dari Tanah Abang hingga Stasiun Maja. 

CISAUK

Cisauk adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Serpong dan telah menghasilkan Kec. Setu.

Kecamatan Cisauk pada mulanya merupakan bagian dari Kecamatan Serpong yang mengalami pemekaran wilayah. Nama Cisauk diambil dari nama salah satu desa, Desa Cisauk (kini telah berubah status menjadi Kelurahan Cisauk). Kecamatan Cisauk saat ini terdiri dari lima desa dan satu kelurahan, setelah enam desa dimekarkan menjadi kecamatan Setu. Kecamatan Setu masuk ke dalam wilayah Kota Tangerang Selatan, sedangkan Kecamatan Cisauk tetap masuk ke dalam wilayah Kabupaten Tangerang dengan batas kecamatan yaitu sungai Cisadane.
Kelurahan Cisauk terdiri dari :

1. Desa Dandang
2. Desa Cibogo
3. Desa Suradita
4. Desa Sampora
5. Desa Mekarwangi
6. Kelurahan Cisauk

Di kecamatan ini terdapat Stasiun Cisauk dan Stasiun Cicayur. Stasiun ini melayani jurusan Maja - Parung Panjang - Tanah Abang.



BANGUNAN SEJARAH CISAUK

Tidak banyak yang menyadari dengan keberadaan bangunan tua yang sarat akan sejarah ini. Letaknya berada di dekat Stasiun Cisauk bersebelahan dengan Klenteng Kwan Im Hud Cow. Bangunan bergaya Eropa-Cina ini ternyata pernah menjadi pusat komando militer Belanda di Indonesia. Lokasinya sangat strategis karena berada dekat dengan Stasiun Cisauk bantaran barat Sungai Cisadane. Beranda depan bangunan saat ini telah menjelma sebagai tempat usaha jahit yang dimiliki penyewa rumah itu. Meskipun demikian, empat pilar anggun dan lantai bercorak dekoratifnya masih diabadikan, entah sampai kapan sebagai penanda zaman.

Beberapa informasi di sampaikan oleh seorang pemerhati bangunan pertahanan militer asal Den Haag, Belanda, John Verbeek. Setidaknya sudah lima ratus lokasi di Indonesia telah dia datangi untuk mendata sejarah tinggalan militer masa Hindia Belanda dan Jepang itu. Berdasar informasi dan arsip perpustakaan di Belanda, setiap tahun dia pergi menjelajah ke pelosok daerah di Indonesia.

Dalam ruangan itu masih tertulis jelas infografis militer “Sinds 22-1-49 Buitgemaakte wapens en munite door I.V.D.-3-2 R.V.A, Tjisaoek.”. Menurut Verbeek tulisan ini dibuat pada awal 1949, “ini menerangkan senjata dan amunisi yang berhasil dirampas oleh Resimen Artileri Medan Belanda dari tangan Republik.” Di bawah tulisan itu terdapat semacam kolom infografis yang menunjukkan senarai logistik militer seperti karbin, stengun atau senapan otomatis, revolver, tekidanto atau granat Jepang, mortir berbagai ukuran, granat tangan, dan peluru. Semuanya senjata-senjata dan amunisi itu dibuat ikonnya dengan rapi. “Tampaknya kamar ini digunakan sebagai pos komando militer.” 





Coretan pensil serdadu Belanda pada awal 1949.


Pada kamar lain, dia menunjuk sederet lubang-lubang di dinding. “Ini adalah bekas tembakan!” ujarnya seraya menginvestigasi. “arah tembakan yang berasal dari jendela di sisi lain kamar. Tidak jauh dari sana Verbeek menemukan tulisan “Broodrantsoen!” yang berarti berarti “Jatah Roti”. Dari logistik ini bisa diketahui siapa saja yang terlibat dalam operasi militer di Cisauk ini. Sebuah senarai di bawahnya menjelaskan bahwa mereka tentara-tentara dari kesatuan KL (Koninklijke Landmacht atau Tentara Kerajaan) dan KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda), serta dua kesatuan lainnya yang belum teridentifikasi.


Coretan yang menunjukkan nama-nama warga lokal yang dibubuhi tanda silang.


Dia beralih ke dinding dekat jendela yang selamat dari berondongan tembakan. Pendaran lampu senternya menerangi sebuah tulisan ”Slotten” yang tampaknya menunjuk pada orang-orang kunci tokoh Republik. Tulisan nama-nama itu sudah kabur, nyaris tak terlihat lagi. Namun, dia mencoba membacanya. Dari delapan nama hanya lima yang masih terbaca: Djaja, Hammam, Oedjang, Moechlis, M. Ishak, dan Soehada. Seluruh nama tadi bertanda coret dan dibelakangnya bertanda silang, kecuali Oedjang yang hanya diberi tanda tanya.


John Verbeek berusaha membaca pesan dari pensil yang tertulis di dinding kamar yang pengap dan lembap.


Siapa orang-orang itu masih misteri. Menurut Verbeek, mungkin kita bisa saja mengecek nama-nama ini di Taman Makam Pahlawan Seribu di Serpong. “Saya yakin nama-nama ini bukan pengkhianat Republik,” ungkap Verbeek.” Tidak mungkin nama para kolaborator ditulis di dinding.” Sebelum senja meluntur, Verbeek telah berencana melakukan observasi ke dalam tempat perlindungan dari serangan udara di bawah tanah atau bungker. Letaknya di halaman samping rumah, lubang masuknya tepat di bawah jendela kamar tadi. Untuk memasuki ruangan perlindungan bawah tanah, dia harus melewati pintu utama yang hanya cukup satu orang. Lalu meniti beberapa anak tangga sampai ke dasar. Beberapa kelelawar yang merasa terganggu itu berputar-putar di dalam ruangan karena tamu tak diundang.


John Verbeek bersiap memasuki tempat perlindungan bawah tanah.


Tempat perlindungan bawah tanah di Cisauk ini tampaknya merupakan tinggalan militer Belanda.


Sembari berjongkok memeragakan bagaimana biasanya orang-orang itu berlindung, dia berkata. “Ruangan ini cukup untuk duapuluh orang!” Ternyata ruangan dalam cukup lega dengan panjang sekitar enam meter. Langit-langitnya berbentuk lengkung setinggi dua meter sehingga orang bisa berdiri di dalamnya. Tempat perlindungan ini mempunyai jalan pintu keluar yang kini tembus di tempat parkir sebuah Klenteng Kwan Im Hud Cow. Tampaknya, saat rumah ini masih dihuni sebagai markas komando militer, halaman sampingnya masih berupa kebun.

Lalu mengapa Belanda masih melakukan operasi militernya di Cisauk pada 1949?

Awal 1948 telah disetujui perjanjian Indonesia dan Belanda di atas kapal USS Renville. Perjanjian itu menyatakan bahwa Belanda hanya mengakui sebagian wilayah Republik, yaitu Sumatra, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Artinya terdapat garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan Belanda. Sebagai konsekuensi garis demarkasi tersebut, tentara Republik harus ditarik mundur ke wilayah Republik.

Perselisihan mengenai wilayah-wilayah yang terbagi dalam demarkasi ini baru berakhir 27 Desember 1949. Bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat―tidak termasuk Nederlands Nieuw-Guinea. “Dalam garis demarkasi itu, Cisauk merupakan wilayah yang dikuasi Belanda,” pungkas Verbeek.

Sumber Referensi Tulisan dan Gambar:
Wikipedia 
Mahandis Y. Thamrin, National Geographic Indonesia.
www.cisauk.id