Cisauk adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari Kecamatan Serpong dan telah menghasilkan Kec. Setu.
Kecamatan Cisauk pada mulanya merupakan bagian dari Kecamatan Serpong yang mengalami pemekaran wilayah. Nama Cisauk diambil dari nama salah satu desa, Desa Cisauk (kini telah berubah status menjadi Kelurahan Cisauk). Kecamatan Cisauk saat ini terdiri dari lima desa dan satu kelurahan, setelah enam desa dimekarkan menjadi kecamatan Setu. Kecamatan Setu masuk ke dalam wilayah Kota Tangerang Selatan, sedangkan Kecamatan Cisauk tetap masuk ke dalam wilayah Kabupaten Tangerang dengan batas kecamatan yaitu sungai Cisadane.
Kelurahan Cisauk terdiri dari :
1. Desa Dandang
2. Desa Cibogo
3. Desa Suradita
4. Desa Sampora
5. Desa Mekarwangi
6. Kelurahan Cisauk
Di kecamatan ini terdapat Stasiun Cisauk dan Stasiun Cicayur. Stasiun ini melayani jurusan Maja - Parung Panjang - Tanah Abang.
BANGUNAN SEJARAH CISAUK
Tidak banyak yang menyadari dengan keberadaan bangunan tua yang sarat akan sejarah ini. Letaknya berada di dekat Stasiun Cisauk bersebelahan dengan Klenteng Kwan Im Hud Cow. Bangunan bergaya Eropa-Cina ini ternyata pernah menjadi pusat komando militer Belanda di Indonesia. Lokasinya sangat strategis karena berada dekat dengan Stasiun Cisauk bantaran barat Sungai Cisadane. Beranda depan bangunan saat ini telah menjelma sebagai tempat usaha jahit yang dimiliki penyewa rumah itu. Meskipun demikian, empat pilar anggun dan lantai bercorak dekoratifnya masih diabadikan, entah sampai kapan sebagai penanda zaman.
Beberapa informasi di sampaikan oleh seorang pemerhati bangunan pertahanan militer asal Den Haag, Belanda, John Verbeek. Setidaknya sudah lima ratus lokasi di Indonesia telah dia datangi untuk mendata sejarah tinggalan militer masa Hindia Belanda dan Jepang itu. Berdasar informasi dan arsip perpustakaan di Belanda, setiap tahun dia pergi menjelajah ke pelosok daerah di Indonesia.
Dalam ruangan itu masih tertulis jelas infografis militer “Sinds 22-1-49 Buitgemaakte wapens en munite door I.V.D.-3-2 R.V.A, Tjisaoek.”. Menurut Verbeek tulisan ini dibuat pada awal 1949, “ini menerangkan senjata dan amunisi yang berhasil dirampas oleh Resimen Artileri Medan Belanda dari tangan Republik.” Di bawah tulisan itu terdapat semacam kolom infografis yang menunjukkan senarai logistik militer seperti karbin, stengun atau senapan otomatis, revolver, tekidanto atau granat Jepang, mortir berbagai ukuran, granat tangan, dan peluru. Semuanya senjata-senjata dan amunisi itu dibuat ikonnya dengan rapi. “Tampaknya kamar ini digunakan sebagai pos komando militer.”
Coretan pensil serdadu Belanda pada awal 1949.
Pada kamar lain, dia menunjuk sederet lubang-lubang di dinding. “Ini adalah bekas tembakan!” ujarnya seraya menginvestigasi. “arah tembakan yang berasal dari jendela di sisi lain kamar. Tidak jauh dari sana Verbeek menemukan tulisan “Broodrantsoen!” yang berarti berarti “Jatah Roti”. Dari logistik ini bisa diketahui siapa saja yang terlibat dalam operasi militer di Cisauk ini. Sebuah senarai di bawahnya menjelaskan bahwa mereka tentara-tentara dari kesatuan KL (Koninklijke Landmacht atau Tentara Kerajaan) dan KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger atau Tentara Kerajaan Hindia-Belanda), serta dua kesatuan lainnya yang belum teridentifikasi.
Coretan yang menunjukkan nama-nama warga lokal yang dibubuhi tanda silang.
Dia beralih ke dinding dekat jendela yang selamat dari berondongan tembakan. Pendaran lampu senternya menerangi sebuah tulisan ”Slotten” yang tampaknya menunjuk pada orang-orang kunci tokoh Republik. Tulisan nama-nama itu sudah kabur, nyaris tak terlihat lagi. Namun, dia mencoba membacanya. Dari delapan nama hanya lima yang masih terbaca: Djaja, Hammam, Oedjang, Moechlis, M. Ishak, dan Soehada. Seluruh nama tadi bertanda coret dan dibelakangnya bertanda silang, kecuali Oedjang yang hanya diberi tanda tanya.
John Verbeek berusaha membaca pesan dari pensil yang tertulis di dinding kamar yang pengap dan lembap.
Siapa orang-orang itu masih misteri. Menurut Verbeek, mungkin kita bisa saja mengecek nama-nama ini di Taman Makam Pahlawan Seribu di Serpong. “Saya yakin nama-nama ini bukan pengkhianat Republik,” ungkap Verbeek.” Tidak mungkin nama para kolaborator ditulis di dinding.” Sebelum senja meluntur, Verbeek telah berencana melakukan observasi ke dalam tempat perlindungan dari serangan udara di bawah tanah atau bungker. Letaknya di halaman samping rumah, lubang masuknya tepat di bawah jendela kamar tadi. Untuk memasuki ruangan perlindungan bawah tanah, dia harus melewati pintu utama yang hanya cukup satu orang. Lalu meniti beberapa anak tangga sampai ke dasar. Beberapa kelelawar yang merasa terganggu itu berputar-putar di dalam ruangan karena tamu tak diundang.
John Verbeek bersiap memasuki tempat perlindungan bawah tanah.
Tempat perlindungan bawah tanah di Cisauk ini tampaknya merupakan tinggalan militer Belanda.
Sembari berjongkok memeragakan bagaimana biasanya orang-orang itu berlindung, dia berkata. “Ruangan ini cukup untuk duapuluh orang!” Ternyata ruangan dalam cukup lega dengan panjang sekitar enam meter. Langit-langitnya berbentuk lengkung setinggi dua meter sehingga orang bisa berdiri di dalamnya. Tempat perlindungan ini mempunyai jalan pintu keluar yang kini tembus di tempat parkir sebuah Klenteng Kwan Im Hud Cow. Tampaknya, saat rumah ini masih dihuni sebagai markas komando militer, halaman sampingnya masih berupa kebun.
Lalu mengapa Belanda masih melakukan operasi militernya di Cisauk pada 1949?
Awal 1948 telah disetujui perjanjian Indonesia dan Belanda di atas kapal USS Renville. Perjanjian itu menyatakan bahwa Belanda hanya mengakui sebagian wilayah Republik, yaitu Sumatra, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Artinya terdapat garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan Belanda. Sebagai konsekuensi garis demarkasi tersebut, tentara Republik harus ditarik mundur ke wilayah Republik.
Perselisihan mengenai wilayah-wilayah yang terbagi dalam demarkasi ini baru berakhir 27 Desember 1949. Bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat―tidak termasuk Nederlands Nieuw-Guinea. “Dalam garis demarkasi itu, Cisauk merupakan wilayah yang dikuasi Belanda,” pungkas Verbeek.
Sumber Referensi Tulisan dan Gambar:
Wikipedia
Mahandis Y. Thamrin, National Geographic Indonesia.
www.cisauk.id